Back to My Travel Diary! :D

Cukup lama ya vakum disini. Tapi tenang, bukan berarti aku vakum juga buat belajar nulis. Nah, kali ini aku bakal isi blog-blog ini dengan travel diary yang aku lakuin sama temen-temen kampus ya. Sebenernya traveling-nya udah awal tahun 2016 ini, tapi baru post diary nya akhir tahun 2016. Nggak papa lah ya, yang penting tetep bisa berbagi cerita. heheh. Dan semoga situasi dan kondisi yang ada di lapangann masih sama dengan cerita di diary ku. Jadi temen-temen bisa ngebayangin sesuai dengan kondisi di lapangan (bagi yang telah bepergian ke tempat-tempat traveling ku dan temen-temen kampus, hehe). So, nggak usah tunggu lama lagi, langsung aja baca travel diary nya yaaa! Check it out!

Day 1 – 3 Januari, AGJ (Anak Gahol Jekardah!)

Assalamualaikum, Jakartaa!! Yah, sebagai orang yang “agak ndeso” datang ke Jakarta tetep aja bawaannya seneng, pengen check in di Path atau sekadar arrived in doang! Haha. Padahal bukan kali pertama juga ke Jakarta, tapi yang ini sensasinya beda. Beda kenapa? Karena oh karena, kunjungan ke Jekardah kali ini urusannya adalah sebagai backpacker alias jadi turis! Yah meskipun masih turis lokal saja, haha. Trip ke Jakarta kali ini merupakan trip pembuka perjalanan kami (Aku, Mbak Fiyya, Mbak Rias, Mas Gasa, Mas Hengki, dan Mas Ario) yang akan menaklukkan 5 negara dengan tubuh “atletis” kami, hoho.
Kami berlima (tanpa Mas Ario) berangkat bersama dengan menggunakan jasa travel dari Jogja. Karena “basecamp” kami saat itu memang berada di Jogja, jadilah kami berlima berangkat bersama menggunakan mobil travel. Berbeda dengan Mas Ario yang berangkat dari Palangkaraya. Btw, kenapa jasa travel yang kami pilih untuk berangkat ke Jakarta? Karena saat itu kebetulan awal perjalanan kami bebarengan dengan libur awal tahun, tepatnya tanggal 2 Januari. Jadi tiket kereta sudah habis, tiket pesawat pas mahal-mahalnya, dan mau naik bus pas penuh-penuhnya. Alhasil, kami memilih jasa mobil travel sebagai moda transportasi yang ekonomis dan juga strategis (maksudnya bisa diantar tepat sampai ditujuan).
Sebelum lebih lanjut cerita tentang trip di Jakarta, let me cerita tentang perjalanan saat naik mobil travelnya ya! Soalnya ini wajib untuk dipublikasikan! Haha. Oke, awal cerita, kami mendapat tiket travel dari salah satu agen di sekitaran area Tugu Jogja dan kami memutuskan untuk berangkat sore hari dengan harapan agar tidak terjebak macet dan sampai di Jakarta juga saat Subuh atau paling lama ya pagi hari. Dan Alhamdulillah waktu perjalanannya sesuai dengan harapan kami.
Selama dalam perjalanan memang tidak ada macet dan sampai di Jakarta pun tidak jauh dari perkiraan waktu kami. Hebat bukaaann?! Iyalah hebaaat, lha wong kami naik mobil travel berasa naik roller coaster. Abang supirnya kereeen banget deh, semalam suntuk beliau mengendarai mobil travel yang kami tumpangi. Yang lebih hebatnya lagi, MOBILNYA!! Mobil travelnya tahaaan bantiing banget! Malam-malam di perjalanan menuju Gombong kami melintasi jalan offroad yang sangat ekstrem.
Setelah diamati, sepertinya cuma mobil travel kami saja yang melintas di jalan itu, dan mungkin sesekali ada satu atau dua motor yang juga melintas di jalan itu. Wadduuh, ini mau ke Jakarta apa ke daerah manaa? pikirku. Otakku sudah mulai berpikiran yang tidak-tidak, jangan-jangan kami diculik, terus dibuang di semak-semak, terus semua harta benda dibawa lari Abang Supir! OH NO, OMAIGOOOTT!! Pikiran itu pun hilang seiring kencangnya laju Si Abang Supir yang mirip Rio Haryanto pembalap F1 itu (Ngebutnya loh ya! bukan orangnya!!>.<). Tubuh mungil atletis ini pun mulai bergoyang ke kanan-kiri hingga saling berbenturan dengan penumpang lain. Alhasil, dalam perjalanan menuju Jakarta seisi mobil mengadakan istigasah bersama alias beristigfar sambil bersalawat berjamaah (karena saking takutnya).
Sesampainya di Jakarta, kami berlima langsung menuju hostel yang sudah kami pesan beberapa hari lalu. Hostel ini menurut backpacker seperti kami sangat strategis dan ekonomis. Letaknya tidak jauh dari pusat kota tepatnya di area Jl. Gunung Sahari 2 dan harganya pun tidak menguras kantong kami. Inisial hostel yang kami pesan yaitu Hostel Maven Gunung Sahari. Karena belum boleh check in kamar, jadilah kami titipkan tas-tas kami, kemudian kami keluar untuk cari tempat yang kece untuk sekadar menghabiskan waktu ala AGJ (Anak Gahol Jekardah!) haha.
Tujuan pertama yang akan kami kunjungi tentu bukan tempat wisata, tujuan utama kami adalah warung makan! Karena prinsip backpacker kami adalah “Logika tidak akan berjalan kalau logistik tidak ada!” Prinsip ini berlaku bukan buat para backpacker saja lho ya! Untuk kalian para pekerja keras, mahasiswa ideal, dan semua masyarakat Indonesia Raya! Logika itu tidak akan berjalan kalau logistik tidak ada, okay! Sambil menyantap hidangan masing-masing, kami membicarakan destinasi-destinasi yang akan kami kunjungi di Jakarta. Diskusi panjang sambil makan pun ditutup dengan hasil “kami akan menuju Kota Tua Jakarta!”
Kota tua Jakarta yang kami pikir sepi pengunjung, ternyata tidak! Ini kan hari Minggu, dimana masyarakat Jakarta di hari Minggu sangat butuh hiburan! Emang turis lokal seperti kami saja yang butuh hiburan?! Alhasil, kami hanya clingukan ke cafe-cafe yang belum buka di area Kota Tua. Akhirnya kami memutuskan untuk jajan es kelapa muda di pinggir jalan. Es itu ternyata tidak bertahan lama di mulut kami karena langsung bablas ke perut. Setelah itu kami pun memutuskan untuk berwisata museum yang ada di sekitar Kota Tua. Museum yang berhasil kami kunjungi saat itu hanya Museum Bank Indonesia. Kami harus segera check in dan beberes menghilangkan rasa gelisah (geli-geli basah) di tubuh kami, oleh karena itu kami cukupkan perjalanan di Kota Tua dengan mengakhiri perjalan di Museum Bank Indonesia dan segera bergegas kembali ke hostel.

Selesai check in, beberes, dan sedikit take a nap (karena semalam nggak bisa bobo nyenyak), kami pun memutuskan untuk JJS a.k.a Jalan-Jalan Sore di Monas. Yeep, ini adalah kali pertamaku masuk ke area Monas. Ternyata bukan hanya aku yang baru pertama kali mengunjungi Monas, Mbak Rias juga haha. Kami pun memasuki Monas dengan semangat dan hati riang. Monas tentu tidak akan sepi kalau hari Minggu. Banyak anak-anak sampai nenek-kakek berkunjung ke tempat ini.
Wah, sepertinya Monas adalah salah satu tempat hiburan yang luuuarr biasa bagi masyarakat Kota Metropolitan seperti Jakarta. Pengunjung bisa menerbangkan layang-layang tanpa takut layang-layangnya nyangkut ke gedung pencakar langit. Nah, ini nih istemewanya Monas sebagai tempat wisata yang punya lahan rerumputan cukup luas dan suasana angin sore yang syahdu menambah rasa keharmonisan para keluarga maupun pasangan yang berkunjung. Kami sebagai turis lokal, sudah berasa menjadi AGJ aseli Anak Kampung Sini alias AKAMSI (apa lagi ini?!) hehe.
Thawaf mengelilingi Monas sore hari ternyata cukup membuat kami terlatih berjalan kaki melintas antar Benua (lebayy!). Perut pun tidak bisa berbohong, dia mulai meronta-ronta bertabuhan. Sibuklah kami memilih tempat makan. Alhasil, Mbak Rias yang dulu mantan Akamsi menyarankan kami makan di sekitaran Benhill. “Wuiih, kita mau ke Benhill! Pasti kaya bukit bintang di Jogja, Aku bisa lihat kemerlip Kota Jakarta dari Bukit!!” pikirku riang.
Sesampainya di halte Benhill, “Whaat? Mana Bukitnya?” kesedihan pun mulai melanda. Dan nama halte busway tempat kami berhenti pun bukan Benhill, tapi Bendungan Hilir! Astagaaaa!! Ini namanya pembohongan publik! Seketika aku tidak terima dengan kenyataan yang ada. Tapi memang beberapa nama daerah di Jakarta itu disingkat. Contohnya, nama daerah Harmoni jadinya Moni, kan imut jadinya?!. Tapi tidak masalah, kalau mau jadi AGJ pasti harus mengikuti peraturan-peraturan yang tersirat di Jekardaah. 

#TIPS 1 :
    •     Keberangkatan ke luar negeri biasanya akan lebih murah jika berangkat dari Jakarta dibandingkan dengan keberangkatan dari kota-kota besar lainnya.
    •        Gunakan jasa transportasi yang paling murah untuk menuju Jakarta, misalnya kereta api kelas ekonomi, kalau kehabisan, bisa gunakan alternatif lain seperti jasa travel.
    •     Pilihlah hostel biasa yang satu kamarnya bisa diisi oleh 2 orang. Jangan pilih hostel backpacker yang menawarkan mixdorm atau female/male dorm karena harganya akan lebih mahal dibandingkan hostel biasa. (Harga bisa jauh lebih murah, tergantung ada promo atau tidak di hostel backpacker yang dituju).
    •      Gunakan damri bandara yang selalu ada di Stasiun Gambir. Selain harganya murah dan lebih aman, pihak supir juga lebih update tentang perpindahan lokasi maskapai penerbangan di terminal-terminal bandara.
    •       Lebih amannya lagi, kalau punya saudara yang bisa ditumpangi dan bisa dimintai tolong untuk mengantarkan ke bandara. Gesit bin irit kalau yang ini :P

Komentar

Postingan Populer