Menjadi Asprog 1
Sebulan lamanya saya berfikir untuk mengikuti kegiatan ini. Memang keinginan saya untuk dapat melatih skill bekerja, agar hidup saya tidak hanya terlatih untuk belajar dan bergelut di bidang akademis. Mungkin hal ini menjadi sebuah mainstream bagi ornag-orang tertentu. Tapi sebagian lain mungkin masa bodoh. Singkat cerita, tanpa pikir panjang saya bergegas menguras waktu untuk apply sebagai asisten program ini. Hari itu adalah Rabu, 19 Desember 2012, yakni hari terahir pengumpulan berkas. Selesai melengkapi berkas, ternyata terdapat suatu hal yang kurang, yakni foto ukuran 3x4. Dalam hati membatin, "ah, masa bodoh kan cuma foto, apa masalahnya?". Hei tapi, ini sebuah kesempatan besar yang nggak bisa ditawar. Ayolah, do the best!. Alhasil, saat pengumpulan berkas, "mbak, maaf poto saya ukuran 2x2 ya, hehe," sedikit menanggung muka merah saya ucapkan. Dan untung saja ini berjalan lancar. Selesai pengumpulan berkas, dua minggu kemudian pengumuman calon asisten program yang lolos untuk tahap selanjutnya, yakni tahap penjelasan program. Saat hari- H tahap ini dimulai, saya sedang asyik mengerjakan tugas kelompok di kost teman, hingga ahirnya hujan deras malanda di siang terik itu. Apa boleh buat, perut keroncongan menemani kami dalam mengerjakan tugas. Mesin waktu masih menunjukk pada angka dua, pertanda saya harus berbenah untuk siap mengikuti tahap selanjutnya pada pukul tiga. Hujan deras tak bersahabat, perut terus berbunyi melantunkan lagu nestapa. Kami pun tak sabar ingin cepat keluar untuk sedikit menikmati hidangan warung sebelah yang menggoda mata kami. mesin waktu sudah menunjukkan pukul 02.30, saya harus sedikit pasrah ketika nanti saya tidak bisa datang mengikuti seleksi tahap selanjutnya. Ahirnya pun tuhan mengetahui setiap keinginan hambanya. Pukul 02.35 hujan mereda, dan dengan cekatan kami langsung berbondong menuju warung sebelah yang telah sempurna membuat mata kami tergoda dengan sajian yang diberikan. Sedikit saya ragu untuk mengikuti tahap seleksi selanjutnya. Namun, dengan keinginan keras saya, saya percepat makan siang ini dan langsung menuju lokasi penyeleksian. Bukan, bukan tempat penyeleksian yang saya tuju, saya berbalik arah menuju kost untuk membersihkan badan yang sedari pagi tumbuh buliran keringat. Singkat tapi bersih, itulah dalam benak saya saat itu. Mesin waktu tersenyum pincang menujukkan pukul 03.05, yang artinya saya telat lima menit pada acara penyeleksian itu. Tak ada kata terlambat. Saya percepat laju motor menuju lokasi penyeleksian yang kira-kira berjarak 1,5 km dari tempat saya. Lima menit perjalanan itu saya tempuh, dan tanpa berpikir panjang saya harus masuk ruangan dan mengisi daftar hadir. "Sudah dimulai dari sepuluh menit yang lalu mbak, biar saya saja yang menulis waktu kedatangannya," ujar mbak-mbak yang duduk anteng di meja depan pintu masuk ruang penyeleksian. Sedikit mengganggu suasana, saya membuka pintu dan langsung mencari tempat duduk yang kosong dan mengeluarkan jurus ampuh yakni menyajikan senyum kecil pada setiap orang yang melihat saya.
---> to be continued
Komentar