AM I ENTREPRENEUR?

Apa sih entrepreneur atau yang biasa kita kenal sebagai pengusaha?
Yup, simpelnya entrepreneur atau pengusaha adalah seseorang yang memiliki sebuah usaha untuk menghasilkan keuntungan. Dalam benak saya, menjadi seorang entrepreneur sangatlah mudah selagi kita ada dana untuk modal, ada tempat untuk buka lapak, ada orang yang mau beli, dan ada kita yang menyediakan demand. But, wait! itu pemikiran dulu waktu jaman SMA. Wajar banget punya pikiran seperti itu, karna saya mencintai dunia wirausaha sejak kecil, dan pada waktu SMA lah saya mencoba mengaplikasikan kecintaan saya ke dunia nyata. Iya, saya sudah mulai jualan waktu SMA. Modal dari mana? dari orang tua. Kok bisa? karena banyak temen yang nitip barang ke saya, jadilah saya menjadi penyedia demand teman-teman yang membutuhkan. Terus mulainya gimana? 

Okay, let me share my experiences of being entrepreneur when I was in Senior High School.. 
Awal mulai berdagang (sementara saya masih sebutnya berdagang ya) adalah waktu masih kelas 1 SMA. Kebetulan saya bersekolah di boarding school yang notabene nya saya tidak pulang ke rumah melainkan harus tidur di asrama sekolah bersama dengan teman-teman lainnya. Nah waktu itu saya sangat sering menggunakan celana tidur berbahan kain batik oleh-oleh dari Bapak sepulang dari Jogja. Teman-teman banyak yang tertarik dengan celana batik yang saya kenakan, dan akhirnya teman-teman yang satu kamar dengan saya banyak yang titip minta dibelikan. Karena kebetulan ada sepupu yang kuliah di Jogja, jadilah saya sering minta tolong sepupu saya untuk belanjakan celana batik. Modalnya? dari orang tua dulu lah. Saya memesan titipan teman-teman ke orang tua, kemudian orang tua saya menghubungi sepupu saya dan terjadilah transaksi di situ. 
Semakin banyak teman-teman sekamar yang memakai celana tidur kain batik, semakin banyak pula teman-teman kamar lainnya tertarik untuk menitip pesanan kepada saya. Alhasil, hampir setiap bulan waktu jenguk tiba, orang tua saya selalu membawa satu kardus khusus pesanan celana kain batik teman-teman saya. Lama-lama produk yang saya jual tidak hanya celana kain batik, dan mulai merembet ke tas batik, daster, dan barang-barang batik lainnya. Alhamdulillah pelajaran dagang di sini sangat mulus tidak merasakan goncangan sedikit pun. Jadi makin cinta berwirausaha.

Saat memasuki dunia perkuliahan ... 
Gejolak-gejolak jadi pedagang mulai runtuh di masa ini. Saya mengikuti kegiatan perlombaan Pekan Kreatifitas Mahasiswa (PKM) yang diadakan setiap tahun. Saya mengikuti PKM-K yang berbasis Kewirausahaan di tahun kedua saya kuliah. Saya memiliki ide bisnis sabun antiseptik berbahan pelepah pisang. Saya merekrut tim dari mahasiswa kedokteran, kimia, dan biologi. Namun hasilnya sama sekali tidak memuaskan. Bukan karena tim yang tidak solid, namun karena saya belum siap untuk menjiwai diri sebagai seorang wirausaha. Yah, saya berani menyebut seperti itu karena saya masih memiliki banyak excuses ketika harus eksekusi, saya kurang bisa mengontrol emosi dengan baik, saya tidak cukup konsisten dengan proyek saya dan tim. Terlalu banyak hal yang harus disiapkan dari mulai riset produk, bikin produk,  packaging produk, kerjasama dengan partner, hingga pemasaran. Saya mengalami shock yang amat berat. Bahkan saya pernah menangis ngga berkesudahan (di tempat umum pula) saat menjalankan proyek ini, haha. Lebay sih, tapi memang nyesek. Alhasil, saya menyerah. Mungkin ini menjadi sebuah kesalahan terbesar dalam hidup saya dan hasilnya, BAN'S (Beauty Antiseptic Soap) adalah satu-satunya produk yang saya jual di masa kuliah namun gagal, dan saya tidak mencoba untuk berdagang lagi sejak itu. Namun satu hal yang harus saya syukuri. Karena di masa terakhir saya menjadi mahasiswa saya diberikan kesempatan oleh-Nya untuk meniliti di bidang industri kecil menengah. Artinya, kesempatan belajar untuk berdagang masih sangat terbuka lebar bagi saya meskipun saya telah melewati kegagalan. 

Anehnya ...
Keinginan untuk berdagang muncul kembali pada saat lulus kuliah. Ide untuk berdagang terus menerus muncul di benak saya. Satu per satu saya mulai menyusun motivasi untuk berdagang. Saya mulai belajar dari kesalahan saat memulai usaha pada waktu kuliah. Saya memiliki ide untuk mengembangkan bisnis di lingkungan saya. Kebetulan saya tinggal di kawasan industri mebel, jadilah saya memilih produk berbahan dari kayu untuk produk saya. Saya ingin memiliki diversifikasi produk dari produk-produk yang di jual di pasaran. Alhasil, saya mengaplikasikan kayu untuk produk fashion. Saya membuat sandal berbahan dasar kayu. Ketika saya mempresentasikan produk saya ke kedua orang tua saya, awalnya mereka ragu dengan ide saya. "lah, kan berarti yang dijual bakiak (sandal yang terbuat dari kayu versi tradisional) dong?" ucap Ibu pada waktu itu. Dengan tegas saya meyakinkan, "Iya, tapi ini bakiak versi modern, banyak kok yang pake sandal kayu di Jepang sama di Bangkok." Ucap saya mencoba meyakinkan. Setelah melakukan berbagai negosiasi, akhirnya saya ditemukan dengan salah seorang teman bapak yang berwirausaha di bidang kerajinan sandal. Saya melakukan banyak sharing dan menunjukkan beberapa contoh gambar sandal produk yang saya inginkan. Ia pun memberikan rekomendasi seorang pengrajin sandal yang dapat diajak kolaborasi. Saya pun tidak punya banyak waktu untuk mengambil kesempatan emas ini. Singkat cerita, saya memiliki parnter kolaborasi untuk urusan produksi. Satu hal telah tercapai.
Di tahun pertama, semua nampak baik-baik saja. Namun nyatanya, banyak hal yang missed. Dalam perjalanan mengembangkan Easy Go Footwear, saya memiliki beberapa keraguan. Saya merasa ragu karena saya menjual tidak dengan visi yang saya punya yakni "Membuka usaha dengan melakukan pemberdayaan dan pemeliharaan dari dan untuk lingkungan sekitar." Untuk itu, saya melakukan riset lagi terhadap produk dan visi yang ada. Dan karna satu dan lain hal, saya memutuskan untuk vakum dan mencari jalan keluar sambil fokus di pekerjaan kantoran. And yes, Easy Go Footwear is my homework! I have responsibility to its future. 

Anehnya lagi ....
Saya tidak bisa diam untuk fokus di kantor dan mencari jalan keluar, saya malah sibuk dengan ide-ide gila untuk berjualan yang lainnya. Dalam masa itu, saya telah melahirkan dua akun jualan sekaligus. Saya melahirkan @haiclothing yang menjual pakaian dan @k_you.id yang menjual berbagai kebutuhan kado. Hmm, saya cukup paham dan mengerti bahwa hal ini tidak baik untuk diri saya. Saya harus fokus untuk mengembangkan salah satu produk yang ingin saya jual. Saya rasa tidak seharusnya saya bergonta-ganti lapak, karena itu tidak akan mengembangkan suatu usaha yang dijalankan. Mungkin saya membutuhkan jawaban dari "What actually entrepreneur is? and who deserve to be an entrepreneur?" Do you have an answer or even a little advice for me to enhance my kinda hobby? Your advice is trully mean a lot to me, so let's share it together. Thankyou. 

Komentar

Postingan Populer