Fibroadenoma Mamae (FAM)

Hai guys! Kali ini aku bakal nge-share tentang apa sih itu FAM dan gejalanya plus cara ngobatinnya gimana sih? Btw, kenapa aku share ini, karena oh karena aku ngalamin sendiri sakit FAM ini, hehe.
Udah seminggu aku off dari kegiatan di kantor karna masa pemulihan dari operasi FAM ini. Wiih, lama juga yak?! nggak juga, emang normal pemulihannya sekitar 10 hari-an (kata dokternya).

So, FAM itu apa sih? FAM atau Fibroadenoma Mamae adalah sejenis tumor jinak yang berbentuk benjolan yang tumbuh di payudara. Payudara siapa? ya Payudara wanita laah yaaa haha. Cuman, kebanyakan dia mangkalnya di payudara wanita remaja yang berumur 18-30 tahun. Gejala awalnya gimana kok tiba-taba tahu itu FAM atau tumor? kan dari awal memang payudara kita emang mbenjol (?) (ini serius loh, ada yang tanya aku kaya gini, hihih). Jadi gini, sebagai seorang cewek kita musti sering-sering lakuin SADARI (Periksa Payudara Sendiri) supaya kalau ada yang aneh di PD kita, kita bisa waspada. Selain organ intim yang bagian bawah, kita juga kudu jaga organ intim bagian atas juga doong. Nah, salah satu caranya ya itu tadi, dengan melakukan SADARI, utamanya pas kita abis menstruasi. Aku sendiri waktu itu (sekitar ahir tahun 2016) lagi mandi pake sabun wangi dan pas gosok-gosok bagian PD, kaya ada yang aneh, ada yang benjol di dalamnya. Benjolan ini cirinya berbatas tegas, kaya semacam ada pentolan gitu di dalam kulit. Jadi dia nggak mbenjol keluar. Tapi, ada juga jenis FAM yang bentuknya kaya kutil, jadi mbenjol keluar gitu. Aku tahunya itu dari pasien yang operasi FAM bareng waktu di rumah sakit guys.
Nah, awalnya pasti langsung panik kan, loh kok ada benjolan. Pasti pikirannya cewek udah aneh-aneh aja. Aku searching di mbah gugel, ciri-ciri benjolan yang ada di PD-ku nggak sama kaya ciri-ciri (naudzubillah) kanker payudara. Jadi kalau jenisnya kanker, benjolan itu nggak berbatas tegas, dan akan merubah bentuk payudaranya, misalnya : kulit PD akan mengeriput, akan menjadi lebih besar salah satu, akan keluar cairan aneh dari puting, dsb. Nah, Alhamdulillah benjolanku jauh dari ciri-ciri tersebut. Bisa mulai tenang deh dari sini. Dan kata mbah gugel benjolan yang ada di PD biasanya juga bisa hilang sendiri dengan siklus mens kita. Nah, alhasil aku "cuek" deh dengan benjolan itu. Mens bulan berikutnya aku tandain, apa masih ada atau nggak benjolannya. Ternyata benjolannya masih ada guys, di waktu pra-pas- dan pasca mens benjolannya masih ada. Panik lagi lah aku. Alhamdulillah-nya lagi, ciri-cirinya nggak nunjukin ke arah (naudzubillah) yang ganas. Tetap mulus-mulus aja dan nggak ada rasa sakit sama sekali.
Sampai pada bulan Februari 2017, Aku berangkat umroh. Aku berdoa seeebbannyaak mungkin di sana supaya diberikan kesembuhan dan diangkat penyakitnya tiap mau dan abis sholat sambil minum zam-zam plus elus-elus bagian benjolannya itu. Pas sampai pulang umroh, benjolannya pun masih ada. Nah, ini lah detik-detik aku memberanikan diri untuk sharing ke saudara yang berprofesi Bidan. Waktu kumpul-kumpul sama saudara, aku konsultasi mengenai benjolan ini, dan hasilnya aku disuruh periksa ke ahli bedah. What? serem banget harus ke dokter bedah, batinku. Tapi memang harus ke situ, ya sudahlah.
Awal bulan Maret 2017, aku memberanikan diri periksa ditemani Ibuk. Dagdigdug juga tunggu antrean periksanya. Pas namaku dipanggil, rasanya pengen cepet-cepet selesai periksa. Dokter pun memanggil namaku. Tanpa memperkenalkan diri, aku langsung duduk di kursi tamu dan langsung mengutarakan keluhanku. Gugup juga sih mau bilang ada benjolan. Tapi ya harus bilang hehehe. Dokternya langsung memintaku untuk rebahan di tempat tidur pasien, susternya langsung ngeladenin aku. Usai diperiksa, dokternya langsung bilang dengan santainya ke Ibuk kalau itu namanya FAM. Tahu menyebut FAM, Aku pun langsung nyahut, "Fibroadenoma ya dok?" (berkat searching di mbah gugel). Dokter pun langsung nyahut, "Naah, itu udah tahu."
Dokter pun menyarakan agar ini segera di operasi sebelum ukurannya bertambah besar. Dengar kata operasi, si Ibuk ketakutan dan coba mengalihkan pengobatan dengan obat jalan aja. Tentu saja, ide Ibuk nggak di kabulkan dokter. Satu-satunya cara buat  nyembuhin FAM ini menurut dokter hanya bisa dilakukan dengan operasi. Aku, yang udah mempelajari tentang benjolan di PD, pun udah siap dengan keputusan operasi. Ibuk juga nyangkal saran dokter dengan alasan aku masih muda banget, masa kena tumor di PD sih, sangkalnya. Si dokter pun kasih contoh anak yang baru masuk SMA (pasien yang periksa sebelumku) pun uda ada yang kena FAM. Munculnya FAM ini bisa dipengaruhi makanan yang nggak sehat dan juga hormonal. Jadi mulai dari sekarang harus menghindari jajanan surgawi yang ada di SD, hiks. Dokter menyarankan agar aku di operasi lusa karena jadwal kosong beliau dalam minggu ini hanya di hari itu. Si Ibuk masih belum terima dengan keputusan itu, akhirnya aku dan Ibuk pulang dengan membawa surat rujukan operasi dari dokter. Selama perjalanan, aku coba meyakinkan Ibuk kalau operasinya ini Insyallah nggak berat kok, Pevita Pearce yang kena tumor jinak di payudara aja pas operasi bisa senyum (efek stalking IG pevpearce, hihi), PD-nya juga masih utuh, masih seksi juga. Ahirnya dengan bujukan-bujukan itu, si Ibuk pun mulai menerima, hihi.
Sesampainya di rumah, Bapak juga nggak bisa terima keputusan operasi. Aku malah di suruh pakai obat oles yang kata sales nya bisa ngempisin benjolan-benjolan, aaallllaaamaaakk. Aku dan Ibuk pun mencoba terus membujuknya agar mau mengambil keputusan itu. Ternyata nggak mempan. Gugurlah sudah surat rujukan operasi dari dokter. Sambil meyakinkan si Bapak, aku coba hubungi teman-teman yang berprofesi sebagai dokter muda. Alhasil teman-teman juga menyarankan untuk di operasi. Dengan berbagai penjelasan yang sangat mudah dimengerti dan terkesan tidak menakutkan, aku forward pesan dari temanku itu ke Bapak. Tetep aja, hasilnya nihil, Bapak masih nggak mau. Katanya, beliau trauma dengan operasi Pak Dhe yang juga sakit tumor di ususnya. Entah kenapa, beliau sekarang takut banget kalau dengar kata operasi.
Tanpa pengetahuan Bapak dan Ibuk, aku pun berangkat mengurus segala urusan operasi ku sendiri, mulai dari menyiapkan berkas rujukan BPJS dsb. Alhasil, pas sudah dapat rujukan untuk BPJS, aku mengajak Bapak untuk periksa ke dokter. Alhamdulillah beliau mau. Dan waktu di dalam ruang periksa, beliau memang terlihat kikuk, sehingga aku coba seriang mungkin untuk diperiksa. Dokter pun memutuskan agar aku operasi besok. Aku periksa hari sabtu dan hari minggu dijadwalkan operasi. Si Bapak yang tadinya takut, alhasil pasrah. Katanya, Ya udahlah kalau kamu uda siap yawes operasi aja wes. Okke, Insyaallah siap!.

Minggu, 26 Maret 2017

Pagi-pagi aku sudah bersiap dengan segala perlengkapan baju ganti. Karna nggak punya piyama yang full kancing (yang bisa memudahkan untuk diperiksa), jadi sebelumnya aku sama Ibuk belanja piyama dulu. Baru kali ini lah ada orang mau operasi shopping dulu. Tapi beneran, ini loh yang bikin aku banyak bersyukur karena Tuhan kasih aku sakit yang nggak "nyiksa". Sakitnya nggak kerasa sakit, sakitnya masih bisa disemayani (waktu operasi bisa diulur), sakitnya pun bisa disembuhin secara total. Alhamdulillaaah bangeet pokonya. Ohya, Aku memutuskan operasi di RSI Masyitoh Bangil, yang deket dari rumah dan dokternya sabar juga hehe. Sesampainya di RSI, aku langsung di suruh masuk IGD. Semua perawatnya supeeerr ramaahh. Sampai-sampai, pas di infus dan di ambil darahnya, aku nggak ngerasa sakit sama sekali. Dari rumah aku uda nggak makan dan minum, karena anjuran dokter untuk berpuasa. Pas di ruang transit menuju kamar operasi, ternyata ada tiga orang yang menderita FAM juga. Alhamdulillaaah, ada temennya hihi. Satunya lebih muda di bawahku, umur 19 th katanya, satunya lagi udah ibu-ibu 2 anak, eh 3 ding, yang satunya kembar heheh. Untuk menghilagkan rasa tegang, kami pun bertukar cerita, haha-hihi sambil nunggu giliran operasi. Berasa punya keluarga baru jadinya.
Jam sudah menunjukkan pukul 1 siang. Kata si perawat, dokter akan datang setelah duhur. Ternyata sampai jam 2 pun dokter belum menunjukkan taringnya, hihi. Jam 2.30 pasien dengan nomor urut pertama dan kedua (si ibu 3 anak dan mbak-mbak umur 19th tadi) dipanggil. Aku sendiri menempati urutan ketiga. Urutan ke empat ada mbak-mbak yang baru kelas 2 SMA mau operasi Hernia. Nahloh, cewek kok bisa sakit hernia? Tahu nggak kata dokternya apa sebabnya? Penyebabnya adalah kemungkinan orang tua mbak ini pas mbaknya masih bayi suka pasangin gerito (bahasa Indonya mungkin gurita). Dan masanginnya kekencengan, jadilah ususnya melorot kebawah. Tuuh, pelajaran juga buat kita kaans. Nah di urutan terahir, ada mas-mas sakit fistula. Nahloh, apalagi itu? Ternyata itu penyakit ada di bagian anus. Anusnya ada benjolan, berbeda kasus dengan ambaiyen (ambeyen atau ambeiyen? itulah pokonya!). Jadi benjolan ini kata dia akibat dari infeksi. Pas cawik (bahasa indonesianya apa ya kira-kira?), kuku-kukunya dia panjang, kemudian menggoreskan luka di bagian anus nya(bukan menggoreskan luka di hati looh, hihi). Nah akibat dari goresan itu adalah infeksi, dan panjang lah ceritanya kenapa dia harus operasi. Intinya, pelajaran yang bisa kita ambil disini adalah jangan sering-sering panjangin kuku ah, nggak baik. Udah ada korbannya tuh si masnya, kasian, katanya sakit buat apa-apa, buat jongkok sakit, duduk sakit, berdiri sakit, jalan sakit, nggak enak kan?
Nah udah lama cerita nih, giliranku masuk ruang operasi doong kalau gituu hahha. Aku masuk ruang operasi sekitar jam setengah 4 sore. Aku masih harus nunggu giliran terlebih dahulu sebelum ahirnya harus dioperasi. Tepat jam 5 sore, aku masung ruang operasi, di sana ada kasur yang ukurannya minimalis banget plus di atasnya ada banyak lampu. Nah, pas di sana aku diminta rebahan dan rileks sambil mandangin lampu. Tapi aku milih pejamin mata aja dari pada disuruh lihat lampu. Terahir yang aku inget adalah dokter bilang, "Bentar ya mbak, aku suntik anti wedhi (takut) dulu." Laaaaap, gelap deh.
Pas sadar, aku belum bisa buka mata, cuma dengar suara adzan plus suara suster-suster. Aku pikir masih di ruangan operasi, setelah aku coba gerak-gerakin tangan dan meraba-raba 'benjolan'-ku, rupanya sudah di ambil. Baru lah aku coba membuka mata dan melihat sekeliling. Aku coba memanggil suster, tapi mereka nggak dengar, alhasil, aku coba bangun dari tempat tidur (meskipun rasanya beraaaattt banget). Pas ada seorang suster yang lewat, aku langsung memanggilnya lirih, dia cukup kaget, hihi. "Loh, mbak, nggak pusing?" katanya. Aku menjawab singkat, "Nggak, aku laper sus," bener-bener laper. Maklum sih, dari pagi tadi kan puasa, hehe. Mulai lah suster teriak-teriak memanggil keluarga pasien. Eh, malah di bawain sebotol air doang. Yawislah, aku habisin sampe separuhnya. Waaah rasanya segeer bangeeet airnyaaaa. Baru kali ini aku ngerasain air putih terenak, tersegar, terfresh, ternikmat, ter- ter lah yang pernah aku minum.
Sambil masih nyedot air, aku bertanya kapan di pindah ke kamar, suster malah bertanya lagi, masih pusing nggak. Aku bilang lagi, Nggak kerasa apa-apa suuuss. Okke, kemudian aku dipindah ke kamar inap di lantai tiga naik kursi roda. Wiiih, gila rasanya kaya naik roller coaster. Aku mabok, pengen muntah kayanya. Pusingnya baru kerasa haha. Lemes dan lucu juga rasanya, hihi. Sesampainya di kamar inap, rasanya bener-bener pengin nggeblak di kasur. Ternyata efek pusing itu adalah efek dari biusnya. Nama biusnya adalah bius pusing (kata dokternya).
Nah, tapi bener-bener deh sampai besoknya, aku nggak kerasa sakit, nggak nyeri dibagian jahitan, dsb. Cuman, pas waktu di suntik anti nyeri melalui infus itu rasaaaannyyaaa hmmmm, kaya bikin lumpuh tangan. Kaya di filem-filem hollywood yang harus suntikin ke robot gituu, apa sih nama film nya itu. Rasanya pengen teriaak sampe keliatan otot-ototnya, karna nggak bisa, yauda deh bisanya cuma mewek. hehe
Demikian sekilas cerita tentang Fibroadenoma Mamae atau yang hits disebut FAM, hehe. Untuk para cewek-cewek muda yang ada di jagat raya ini, kalau dokter bilang kamu kena FAM dan harus operasi, jangan takut yaaa, karena itu demi kebaikan kittaaa. Salam Sehat Selalluu :*

Komentar

Postingan Populer