Ia Menyebutku The Best L.O.
Hi! sekian lama tidak muncul disini!! saya baru ingat kalau saya dulu gemar menulis. Yah, entah sekian lama ini saya menghilang kemana. Yang jelas saya masih nulis, tapi nulis laporan dan beberapa tugas proposal. Sedih rasanya, tapi ya memang tuntutan dunia pendidikan, apa boleh buat?
Ditengah mengerjakan kewajiban seorang mahasiswi alhamdulillah saya masih ingat dengan suatu peristiwa yang menurut saya memorable dan mengharuskan saya untuk menulis kisah itu. haha Simak ceritanya dibawah ini ya.. :D :D
Ia Menyebutku The Best L.O.
Siang
hari yang cukup melelahkan. Para panitia sibuk dengan tugas masing-masing.
Besok acara akbar ini akan berlanggsung, tapi persiapan hari ini masih 50%. Oh
God, apa yang harus kita lakukan? Panggung dan kursi peserta belum tertata
rapih, ruang make-up para penari saman belum disiapkan, dan ruang
transit untuk pembicara pun belum fix ada dimana? Hmm, Aku mulai panik, satu
persatu coba aku pastikan lagi kepada teman-teman panitia lainnya. Setelah ku tanya
mereka mengenai panggungnya, mereka memastikan back-ground sudah dipesan
dan akan dipasang nanti malam. Oke, satu hal sudah terlaksana, check list.
Tapi bagaimana dengan ruang make-up penari dan ruang transitnya? Ku
tanyakan lagi pada mereka, dan dengan cekatan mereka meunjukkan sebuah ruang
dibelakang panggung yang bertuliskan VIP dan VVIP di depan pintunya. Oke, itu
pasti buat ruang transitnya. Terus ruang make-up nya tepat berada di depan
ruang VIP dan VVIP tersebut. Yeay! masalah sudah tuntas.
Dari luar tiba-tiba mbak Inna, a.k.a ibu negara kami membawa masuk seseorang bertubuh mungil yang belum ku kenal sebelumnya. Ah, mungkin itu volunteer yang akan membantu suksesnya acara kita nanti. Ups, ternyata aku salah besar!! Itu adalah mbak Nur Febriani Wardi, salah satu narasumber dari acara ini dan penulis buku best seller Haram Keliling Dunia. Oh God, pingin rasanya minta tanda tangan dan foto bareng dengannya. Tapi, nanti saja pas akhir-akhir acara, pikirku santai. Tiba-tiba mbak Inna memanggilku dan memintaku untuk menjadi LO-nya. Wow, tanpa berpikir panjang aku terima saja tawaran itu (kapan lagi ada kesempatan kaya gini, haha). Tapi, agak canggung juga aku ngobrol dengan mbak Febri, mungkin karena baru pertama ini ya ngobrol ma penulis hebat, hihi. Lama ngobrol kesana kemari rupanya mbak Febri sudah capek muter-muter di Gedung ini. Berhubung ruang transit yang bertuliskan VIP dan VVIP itu masih dikunci oleh petugas, alhasil mbak Febri belum menemukan tempat yang nyaman untuk tempat istirahatnya. Dengan cekatan aku langsung mencarikan hotel terdekat untuknya, yang pastinya adalah hotel dengan harga terjangkau di sekitaran UGM. Oke, kali ini aku pesan hotel untuk pembicara ini dengan uang pribadiku. Tidak masalah, nanti pasti akan ada ganti dari uang bendahara.
Sudah
cukup lama Mbak Febri menungguku di GSP mencarikan hotel untuknya. Setelah ku
pesan kamar hotel itu, dengan cekatan aku hubungi panitia lain agar dapat
mengantarkan mbak Febri menuju hotel. Cukup lama aku menunggu diteras hotel,
sampai-sampai mas resepsionisnya menyuguhkanku secangkir teh manis hangat (baik
banget kan?,hahah). Aku coba hubungi lagi, dan mereka bilang kalau mbak Febri
sudah diantar sejak lima menit yang lalu. Dan seketika itu juga dua orang
pengendara motor lewat dihadapanku, dan sepertinya aku kenal dengan mereka dan
tas koper yang mereka bawa. Ya, itu yang dibonceng adalah mbak Febri. Tapi kenapa
mereka melengos saja lewat depan hotel ini ya? Tanpa berpikir panjang
aku teriak memanggil nama mbak Febri, tapi mereka tetap saja lurus. Yaah, harus
nunggu lagi deh! Akhirnya, setelah hampir setengah jam aku menunggu, mereka
datang juga.
Dengan
cekatan aku mengantar mbak Febri sampai ke dalam kamarnya. Di dalam kamar, mbak
Febri meminta agar teh Karin (salah satu pembicara lainnya) dapat satu hotel
dengannya. Siap laksanakan! Setelah mempersilahkan mbak Febri untuk
beristirahat, aku langsung menuju GSP untuk mempersiapkan yang lain. Tiba-tiba
mbak Inna nongol lagi dan memintaku agar menjemput teh Karin di bandara
nanti sore. Dan pada sore harinya, aku berangkat menjemput teh Karin ditemani
satu panitia lagi. Aku menghubungi teh Karin untuk memastikan kedatangannya.
Lama tidak ada jawaban, aku pikir teh Karin masih berada dalam pesawat. Saat
diperjalanan menuju bandara, aku juga menghubungi mbak Febri untuk memastikan
kondisinya, karena sore ini mbak Febri punya rencana ke GSP untuk menyiapkan
stand buku dan pers-nya. Setiba di pintu masuk parkiran bandara, tiba-tiba teh
Karin menghubungi kami agar kami tidak usah menjemputnya karena ia akan
dijemput oleh temannya. Sebagai panitia yang baik dan bertanggung jawab
(ciie..), kami bersihkeras agar dapat bertemu teh Karin saat itu juga untuk
memastikan keadaannya. Rupanya teh Karin sudah di pintu keluar bandara, akupun
langsung turun dan menemuinya untuk menanyakan keadaan dan memastikan
kondisinya saat itu. Ketika temannya sudah datang, teh Karin segera berpamitan
dan aku pun tak lupa menyampaikan keinginan mbak Febri agar teh Karin dapat
tidur di hotel yang sama dengannya. Dan ia pun menyetujui.
Sepulang
dari bandara, lagi-lagi aku harus ke hotel untuk memesan satu kamar lagi untuk
teh Karin. Kali ini aku hanya mem-booking saja tanpa memberikan DP untuk kamar
hotelnya, berharap nanti kucuran dana dari bendahara sudah cair, hihihi.
Sesampainya di GSP, ternyata mbak Febri sudah disana dan mulai menghias stand
bukunya. Ia ditemani dua orang, satunya cowok bertubuh mungil dan satunya lagi
cewek berjilbab, rupanya mereka berdua kelihatan sudah akrab. Langsung saja aku
pergi kearah mbak Febri dengan temannya itu. Setelah perkenalan, ternyata cowok
itu adalah adik mbak Febri yang tengah menempuh pendidikan di Yogyakarta. Dan cewek
itu teman dari adeknya yang berasal dari Jawa Timur, aha! nemu tetangga antar
kota deh, pikirku. Kami mengobrol sambil menghias stand buku HKD. Kami juga
membuat undian untuk hadiah buat pembeli buku HKD. Salah satu hadiahnya yaitu
boneka sapi berbaju orange yang sangat amat lucu. Aku saja sampai ngiler lihat
boneka itu, berharap mbak Febri berbaik hati dan memberikan boneka itu untukku,
hehe. Keasyikan ngobrol dengan mereka, teh Karin malah terlupakan. Alhasil,
ketika ku buka hape-ku, ternyata teh Karin sudah tiba di hotel dan menanyakan
tempat rekomendasi untuk makan. Waduh! Ketika itu aku mulai panik dan segera
aku memutar otak untuk mengatasi masalah ini. Yeah! Aku menemukan mangsa yang
bisa menggantikanku untuk menemani teh Karin. Aku meminta tolong kepada salah
satu panitia yang kebetulan saat itu sedang luang untuk menemani teh Karin di
hotel. Satu masalah terpecahkan, pikirku senang.
Hari
semakin malam dan semakin mendekati acara. Rupanya tatanan kursi dan panggung
yang tadi siang masih belum tersentuh, malam ini sudah rapi. Para panitia sibuk
melakukan gladi resik dengan para pembawa acara. Aku masih asik dengan stand
buku HKD, kami menata buku-buku, membuat kotak undian, menata hadiah hingga
mendudukkan sapi yang lucu banget itu di meja stand. Hampir pukul sebelas
malam, kami menyelesaikan gladiresik dan tata menata. Hal ini dikarenakan untuk
menjaga stamina agar panitia tetap terlihat fresh besok pagi. Setelah cukup
larut aku membantu mbakFebri menyiapkan standnya, aku mengajak mbak Febri untuk
makan malam. Rekomendasi makan malam kali ini adalah nasi goring sapi yang ada
di Kotabaru. Mbak Febri pun langsung mengiyakan rekomendasi ini. Tapi
sayangnya, untuk makan malam ini aku tidak diberi jatah oleh bendahara, dan
artinya aku harus menanggung makan malam ini. Tanpa berpikir panjang karena perut
mulai berteriak, kami berempat pun langsung menuju TKP. Disana kami semua
memesan porsi biasa, padahal sebenarnyakan aku pengen banget porsi jumbo,
mengingat betapa capeknya hari ini, hihihi. Tapi malu dong, kalau semua pesen
porsi jumbo dan hanya aku sendiri yang pesen porsi jumbo. Kami menikmati nasi
goring itu sambil ngobrol kesana kemari, ngobrol mengenai liburan mbak Febri di
Eropa, bagaimana kehidupan di sana, dan banyak sekali hal yang kutanyakan
padanya. Obrolan pun semakin menarik, hingga tak terasa hidangan kami sudah
lenyap. Dengan porsi biasa itu, mbak Febri dan mbak Indah sudah kekenyangan dan
menyisakan makanannya. Tapi aku, malah ludes, lenyap di dalam perut. Melihat
sisa makanan mereka yang masih banyak, rasanya ingin kuhabiskan saja. Tapi..,
jangan ah, demi kesehatan dan kesuksedan diet, haha. Ku lihat mas Erwin sedang
berbisik dengan mbak Febri. Aku tidak menangkap maksud dari pembicaraan mereka.
Dan saat menuju kasir, tiba-tiba mas Erwin mendahuluiku dan langsung membayar
pesanan kami berempat. Yah, dalam hati sih Alhamdulillah banget, tapi aku jadi
nggak enak dengan mbak Febri. Kan aku yang mengajak mereka untuk makan malam,
kok jadi malah mereka yang bayarin semuanya? Tapi jujur, saat itu aku bersyukur
luar biasa, haha. Selanjutnya kami langsung berpisah, mbak Indah dan mas Erwin
langsung menuju tempat tinggal mereka di dekat terminal Giwangan, dan aku harus
mengantarkan mbak Febri ke hotel terlebih dahulu. Sesampainya di hotel, aku pun
langsung berpamitan.
Keesokan
harinya, panitia sudah berkumpul sejak jam 6 pagi, dan gedung GSP masih
terkunci rapih. Padahal peserta akan datang jam 7 untuk melakukan registrasi.
Sedikit kami menunggu, GSP kemudian dibuka oleh penjaganya. Aku pun langsung
menata stand-stand yang sedikit berantakan. Kemudian aku mengecek ruang make-up
penari, dan terahir aku cek ruang untuk transit pembicara. Ruang VIP dan VVIP
itu masih saja belum dibuka oleh penjaga gedung ini. Bergegas, aku menuju
kantor penjaga dan meminta agar ruang VIP dan VVIP dibuka karena sebentar lagi
pembicara akan segera berdatangan. Penjaga itu heran, saat aku sampaikan
keinginanku untuk menjadikan ruang VIP dan VVIP sebagai ruang transit
pembicara. Dan penjaga itu pun menjelaskan bahwasannya ruang itu bukan ruangan
untuk transit melainkan kamar mandi VIP dan VVIP. Oh God! NNOO! Ini kesalahan
besar, karena kemarin kami tidak memastikan dalam ruangan yang satu ini.
Alhasil, aku dan panitia lain mulai panik. Kami memutar otak untuk menemukan
solusi yang tepat. Tapi belum juga ditemukan solusi, karena ini terlalu mepet
kalau memang harus membuat ruang transit dengan skat kayu atau pun kain. dan
pihak GSP pun tidak menyanggupi itu, satu-satunya jalan yang kami pikirkan
yaitu menempatkan pembicara di loby hotel University Club.
Acarapun
dimulai dengan menyanyikan lagu Indonesia raya dan dilanjutkan dengan
penampilan dari tim tari saman UGM.
Pembukaan sukses dilakukan, kemudian masuk pada acara sesi I yaitu talkshow
dengan mbak Febri, teh Karin, dan pak Dinar. Acara berlangsung dengan meriah
yang dihadiri lebih dari seribu dua ratus orang. Talkshow mereka sangat
menarik, terbukti dari antusiasme para peserta untuk bertanya ini itu saat
dibuka sesi pertanyaan. Seusai sesi I, sesi II pun dimulai. Pembicara pada sesi
II ini cukup menarik, yakni mas Bezie (top 10 EO di Indonesia) dan pak Fuadi
(penulis kondang Negeri Lima Menara). Peserta juga sangat bahagia saat nama pak
Fuadi di sebutkan, mereka tidak menyangka bahwa seorang penulis kondang ini
juga memeriahkan acara sebagai pengganti Dude Herlino yang tidak bisa hadir. Waktu
untuk ishoma pun tiba, peserta banyak yang mengunjungi stand-stand yang
tersedia di depan. Stand mbak Febri rupanya paling ramai diantara stand yang
lainnya. Banyak peserta yang membeli buku mbak Febri sambil meminta tanda
tangannya dan berfoto dengan sang penulis. Benar-benar jadi artis deh mbak
Febri kali ini, hehe.
Saat
acara dimulai lagi untuk sesi III, tiba-tiba mbak Febri memanggilku dengan
panic dan berkata bahwasannya bonek sapinya hilang satu. Wadduh, emang bikin
orang ngiler sih boneka yang satu ini. Tapi setega itu, orang bisa ngambil
boneka orang seenaknya, mana boneka itu dipesan khusus dari Belanda lagi. Cara
yang terbaik untuk mengembalikan boneka itu sih dengan mengumumkannya di depan
panggung. Tapi bahasa pasnya gimana ya? Lucu juga kalau MC bilang bagi yang
menemukan boneka sapi harap dikembalikan! Ah, masa bodoh, itu kan
pinter-pinternya MC mau ngomong bagaimana. Yang jelas aku harus membantu tamuku
ini untuk mendapatkan barangnya kembali. Alhasil, saat MC mengumumkan berita
kehilangan tersebut hampir semua peserta tertawa, karena ia bilang, “bagi yang
menemukan sapi berbaju orange, eh maksud saya boneka sapi berbaju orange harap
dikembalikan kepada panitia.”
Acara
masih berlangsung pada sesi III, yaitu sesi talkshow secara online langsung
dengan penerima beasiswa di Jepang, Amerika, dan beberapa negara lainnya. Namun
sayangnya, acara ini tidak sukses karena sinyal wifi ataupun modem tidak
mendukung sama sekali. Dan akhirnya, acara pun berubah menjadi acara pembagian
hadiah. Seusai itu, acara menuju pada sesi IV, yaitu seminar dengan bang Assad
(penulis buku Notes from Qatar). Meskipun ini sesi terakhir, peserta cukup
tertarik dengan apa yang disampaikan bang Assad dalam seminar itu. Akhirnya,
acara hari ini pun berakhir dengan gembira. Peserta pulang dengan penuh senyum
dan ilmu baru dari acara ini. Kami, para panitia juga bersyukur atas suksenya
acara ini, meskipun beberapa acara terlewatkan dan tagihan panitia di depan
sudah menanti, hehe.
Saat
acara selesai, mbak Febri memanggilku dan menyodorkan sebuah buku miliknya.
Wah, senang sekali dapat buku gratis langsung dari pemiliknya. Dan saat ku buka
halaman buku itu, terdapat tulisan yang membuatku sangat berkesan, yaitu :
untuk Hani, the best L.O., Enjoy reading! Semoga cepat keliling dunia. Diikuti
dengan tanda tangannya di bawah tulisan itu. Dalam hati, aku mengamini dengan
tulus doa dari mbak Febri di kalimat terahirnya.
Komentar